Seorang kader da’wah ketika ada sebuah panggilan dari seorang qiyadahnya (pemimpinya ), maka akan dia sambut dengan kata – kata “sam’an wa tha’atan”(kami dengar dan kami taat )” labaik wa sa’daik ( kami siap melaksanakan perintah dengan senang hati ). Sebuah kisah menjelang perang badar merupakan mutiara hikmah yang indah untuk kita resapi dalam ruhul istijabah ini. Ketika rasul dan para sahabatnya telah keluar dari madinah kemudian rasul ingin mengetahui kesiapan para sahabatnya untuk berperang, mengingat keluarnya para sahabat awalnya hanya untuk menghadang kafilah dagang. Rasul bermusyawarah tentang apa yang sebaiknya dilakukan. Dari kalangan Muhajirin Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyambut baik untuk terus maju ke medan pertempuran, sedangkan Miqdad bin ‘Amru mengatakan: “ Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepadamu, kami tetap bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan bani israil kepada Musa yaitu “ pergilah kamu bersama Rabbmu, kami tetap duduk disini.” Tetapi yang kami katakan disini adalah “ Pergilah kamu bersama Rabmu dan berperanglah, kami ikut bersamamu” Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya kamu mengajak kami ke Barkul Ghimad ( Yaman ) pasti kami tetap mengikutimu sampai kesana.
Setelah sahabat Muhajirin, sahabat Anshar yang diwakili Sa’ad Bin Muadz menyampaikan sikapnya:”kami telah beriman kepadamu dan kami bersaksi bahwa apa yang kamu bawa adalah benar, atas dasar itu, kami telah menyatakan janji untuk senantiasa ta’at dan setia kepadmu. Wahai rasulullah, lakukanlah apa yang kau kehendaki, kami tetap bersamamu. Tidak ada seorangpun dari kami yang mundur dan kami tidak akan bersedih jika kamu menghadapkan kami dengan musuh besok pagi. Kami akan tabah menghadapi peperangan dan kami tidak akan lari. Marilah kita berangkat ilaihi. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Sa’ad berkata,” barangkali kamu khawatir bahwa kaum Anshar memandang bahwa mereka wajib menolong kamu hanya di negeri mereka. Saya sebagai wakil kaum anshar menyatakan, jalankanlah apa yang kau kehendaki dan putuskanlah tali persaudaraan dengan siapa saja yang kau kehendaki. Ambillah harta benda kami sebanyak yang kamu perlukan dan tinggalkanlah untuk kami seberapa saja yang kamu sukai, apa saya yang anda ambil itu lebih kami sukai daripada yang Anda tinggalkan. Demi Allah jika kamu berangkat sampai ke Barkul Ghimad, kami akan berangkat bersamamu, demi Allah seandainya kamu menghadapkan kami pada lautan kemudian kamu terjun kedalamnya maka kami akan terjun kedalamnya bersamamu ( Rakhikul Makhtum 285 – 286 ). Hasan Al Banna berkata,” da’wah pada tahap pembinaan ( takwin ) shufi di sisi ruhiyah dan askari ( kedisiplinan ) dari sisi amaliyah ( operasional ), sloganya adalah amrun wa thaatun ( perintah dan laksanakan ) tanpa ada rasa bimbang, ragu, komentar, dan rasa berat. ( risalah pergerakan 2 ).
Itulah prinsip ruhul istijabah, ketika ada sebuah seruan da’wah, panggilan dari seorang qa’id, sikap seorang kader adalah sigap menerima panggilan itu, tanpa banyak komentar, tanpa banyak bertanya, dan tanpa bermalas – malasan dan bersantai – santai.
Empat Aspek Ruhul Istijabah
Istijabah Fikriyah ( menyambut dengan pikiran/dengan sadar )
Kader da’wah ketika mendapat tugas dari murobbiy, pembina maupun qiyadah harus sadar bahwa apa yang dikerjakanya tersebut adalah dalam rangka ketatannya kepada Allah dan meraih ridhonya, bila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dilakukan akan berdosa. Demi terlaksananya tugas secara maksimal, seorang kader selalu memikirkan bagaimana cara melaksanakan tugas itu dengan baik, memperhatikan waktu, cara, dan sarana yang tepat sehingga tugas itu dapat terlaksana sesuai yang telah ditetapkan.Bahkan seorang kader dapat menyampaikan saran – saran sebagaimana dilakukan oleh para sahabat kepada Rasulullah. Usulan Salman Al Farisi dalam perang khandaq, usulan Habab bin Al-Mundzir dalam perang badar dan lainya. Dalam perang Qadisiyah, dikisahkan bahwa pasukan kuda kaum muslimin berhadapan dengan tentara gajah pasukan persia. Kuda – kuda kaum muslimin selalu ketakutan karena belum pernah berhadapan dengan gajah. Akhirnya sahabat Qoqo’ bin Amir mempunyai ide membuat patung – patung gajah dan dihadapkan pada kuda – kuda muslimin. Setelah kuda – kuda tersebut terbiasa dengan patung gajah, maka ketika berhadapan dengan gajah – gajah persia, kuda tersebut tidak takut lagi dan akhirnya kaum muslimin meraih kemenangan. Dalam surat Ar Ra’ad ayat 19 Allah mengingatkan keistimewaan orang – orang yang mengoptimalkan akalnya, “ apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar, sama dengan orang yang buta ( tidak menggunakan akalnya ). Hanya orang – orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajar.”
Istijabah Nafsiyah ( menyambut dengan perasaan )
Para aktivis dan kader da’wah apabila mendapat tugas dan perintah, baik tarbawi, da’awi, maupun tandzimi harus menyambutnya dengan perasaan senang, gembira, bahagia dan bersemangat untuk melaksanakan. Janganlah perintah itu disambut dan dilaksanakan dengan rasa malas, berat, enggan, dan tidak bergairah. Dalam kondisi apapun kita, seruan itu harus kita penuhi dengan semangat. “ berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan atau berat ......( QS At Taubah : 41 )
Para kader yang dibina oleh rasulullah ketika mendapat panggilan jihad dari rasul, mereka berlomba – lomba melaksanakanya. Kelemahan fisik tidak menjadi alasan untuk tidak berangkat, bahkan mereka menangis ketika mereka tidak dapat pergi berperang karena uzur dengan kemiskinannya tidak memiliki kendaraan ( QS At Taubah : 92 ).
Itulah sosok aktivis, perintah, panggilan, seruan dari murobbiy, qiyadah, pemimpin disambut dan dilaksanakan dengan penuh suka cita, riang gembira dan bahagia dan ketika ada uzur, mereka bersedih hati.
Istijabah Maaliyah ( menyambut dengan harta )
Da’wah untuk menegakkan dinul islam ini adalah sebuah kerja besar, oleh karena itu juga diperlukan dana yang tidak sedikit. Para aktivis da’wah selayaknya tidak pelit dalam hartanya. Kepentingan da’wah ini adalah kepentingan yang sangat mulia.
Hikmah yang sangat fenomenal adalah kisah perang tabuk. Kaum muslimin berlomba – lomba menginfakkan hartanya dan bershodaqoh. Usman bin Affan sebelumnya telah menyiapkan kafilah dagang yang akan berangkat ke Syam berupa dua ratus ekor onta lengkap dengan pelana serta barang – barang yang berada diatasnya, beserta dua ratus uqiyyah. Setelah mendengar pengumuman Rasul, Usman datang dan menshadaqohkan semua itu. Kemudian usman menambah lagi seratus ekor onta dengan pelana dan perlengkapanya. Kemudian datang lagi membawa seribu dinar dan diletakkan di pangkuan Rasul. Usman terus menambah shodaqohnya hingga mencapai sembilan ratus ekor onta dan seratus ekor kuda, belum termasuk uang. Kemudian datang Abdurrahman bin Auf dengan dua ratus uqiyyah perak. Abu Bakar datang dengan seluruh hartanya mencapai empat ribu dirham. Sahabat – sahabat lainya juga datang, Umar, Thalhah, Sa’ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah. Sampai – sampai ada yang bersedekah dengan segenggam atau dua genggam kurma. Tidak ada yang kikir kecuali orang – orang munafik :” orang – orang munafik yang mencela orang mu’min yang memberi shodaqoh dengan sukarela, dan mereka pun menghina orang – orang yang tidak memperolah apa yang disedekahkan selain kadar kesanggupanya” ( QS At Taubah : 79 )
Istijabah Harakiyah ( Menyambut dengan aktivitas )
Aktivis da’wah adalah orang yang aktif dalam kegiatan da’wah, selalu hadir dalam setiap aksi – aksi da’wah, bahkan berusaha untuk menjadi garda terdepan dalam mempertahankan dan membela islam. Tugas – tugas kita adalh sangat banyak, pertama adalah tugas tarbiyah, untuk peningkatan kualitas dan mutu kader, kemudian tugas da’wah, untuk penyebaran fikrah kita, dan ketiga adalh tugas tandzimiyah, untuk amal jama’i semakin kokoh.
Para sahabat rasul tidak pernah berhenti berjihad di jalan Allah. Sebagian ahli sejarah mencatat ada seratus kali berperang dalam sepuluh tahun, baik itu dipimpin rasul maupun dipimpin sahabat. Sehingga jika dirata – rata, perang terjadi sebulan sekali.
Dengan aktivitas da’wah saat ini yang saat tinggi, menuntut kesungguhan dan keseriusan serta mobilitas da’wah dan jihad yang tinggi. Jika tidak maka kekuatan batil yang akan berkuasa di bumi ini.
Khatimah
Ikhwah Fillah, sudahkah pikiran kita terkonsentrasikan dan terfokuskan untuk memkirkan umat, memikirkan cara yang efektif dalam berda’wah. Sudahkah kita menyumbangkan ide – ide kita untuk kepentingan da’wah ini.
Sudahkah kita merasa gembira, senang, dan bahagia manakala kita mendengar perintah, menerima tugas dan mendapat amanah da’wah. Atau sebegitu sering kita tidak menyambut seruan – seruan dan perintah dari murobbiy dan qiyadah kita??
Sudahkah kita mengeluarkan rizki kita untuk kepantingan da’wah? Sudahkah kita berazzam untuk menginfakkan harta kita di jalan Allah?
Ikhwah Fillah, betulkah kita sebagai aktivis da’wah, apa buktinya?? Apa kontribusi riil kita untuk da’wah ini? Apa prestasi da’wah kita selama ini? Sudahkah kita menjadikan menjadikan waktu, kerja, profesi, dan seluruh aktivitas kita sebagai kegiatan da’wah ?
Ikhwan dan Akhwat Fillah, keimanan kita baru diakui oleh Allah apabila ada ruhul istijabah pada diri kita, dan baru akan sempurna iman kita jika aspek – aspek istijabah itu telah terpenuhi. Mari kita senantiasa sigap dalam menghadapi tugas – tugas da’wah kita.
Posting Komentar